Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh….
DETIK DETIK KEPERGIANNYA….
Bismillahirahmanirrahim
Suatu ketika Rosululloh
'Shollallāhu 'alaihi wa sallam' menjadi imam shalat. Para sahabat [Ra] yang
menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi menggerutup seolah-olah
sendi-sendi pada tubuh Rasululloh [Saw] bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar [Ra] yang tidak tahan
melihat keadaan Baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, “Ya
Rosululloh, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat
berat, apakah Anda sakit?” Namun Rasululloh [Saw] menjawab, “Tidak.
Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”
Mendengar jawaban ini
Sahabat Umar [Ra] melanjutkan pertanyaannya, “Lalu mengapa setiap kali Anda
menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan?
Kami yakin engkau sedang sakit…”
Melihat kecemasan di wajah
para sahabatnya, Rasululloh [Saw] pun mengangkat jubahnya. Para sahabat amat
terkejut. Ternyata perut Rasululloh [Saw] yang kempis, kelihatan dililiti
sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil
itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasululloh [Saw]
bergerak.
Umar memberanikan diri
berkata, “Ya Rasululloh! Adakah bila Anda menyatakan lapar dan tidak punya
makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?”
Rasululloh [Saw] menjawab
dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan
demi Rasulmu ini. Tetapi apakah yang akan aku jawab di hadapan Alloh nanti,
apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?”
Para sahabat [Ra] hanya
tertegun. Rasululloh [Saw] melanjutkan, “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah
Alloh buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini
lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
Masya Allah
Shollu 'alan Nabi Muhammad
'Washolatulloh wa sallamuhu 'alaih.
اللهم صلِّ وسلم وبارك على
سيدنامحمدوعلى آله السراج المنير
Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.(QS.An-Nisa 4:59)
KHUTBAH TERAKHIR NABI
MUHAMMAD SAW sebelum meninggal (Khutbah ini disampaikan pada 9 Dzulhijjah 10 H
dilembah Uranah,arafah)
"Ya saudara-saudaraku,
perhatikan apa yang akan aku sampaikan, aku tidak tahu apakah tahun depan aku
masih berada diantara kalian. Karenanya denganrkanlah baik-baik apa yang
kukatakan ini dan sampaikan kepada mereka yang tidak dapat hadir saat
ini".
"Ya saudara-saudaraku,
seperti kita ketahui, bulan ini, hari ini, dan kota ini adalah suci, karenanya
pandanglah kehidupan dan milik setiap orang Muslim sebagai kepercayaan yang
suci".
"Kembalikanlah barang
barang yang dipercayakan kepadamu kepada pemilik yang sebenarnya".
"Jangan kau lukai
orang lain sebagaimana orang lain tidak melukaimu".
"Ingatlah bahwa kamu
akan bertemu dengan Allah SWT dan Dia akan memperhitungkan amalanmu dengan
sebenar-benarnya".
"Allah SWT telah
merlarangmu memungut Riba , karenanya mulai saat ini dan untuk seterusnya
kewajiban membayar riba dihapuskan. Waspadalah terhadap Syaitan demi
keselamatan Agamamu. Dia/Syetan telah kehilangan harapannya untuk membawa
kalian pada kesesatan yang nyata tapi waspadalah agar tidak terjebak pada
tipuan halusnya".
"Ya saudara-saudaraku,
adalah benar kamu mempunyai hak tertentu terhadap istri-istrimu, tapi mereka
juga mempunyai hak atas dirimu. Apabila mereka mematuhi hakmu maka mereka
memperoleh haknya untuk mendapatkan makanan dan pakaian secara layak.
Perlakukanlah istri-istrimu
dengan baik dan bersikap manis terhadap mereka, karena mereka adalah
pendampingmu dan penolongmu yang setia".
"Dan adalah hakmu
untuk melarang mereka berteman dengan orang-orang yang tidak kamu sukai, dan
juga terlarang melakukan Perzinahan".
"Ya saudara-saudaraku,
dengarkanlah baik-baik, SEMBAHLAH ALLAH, SHALAT lima waktu dalam sehari,
laksanakan PUASA selama bulan Ramadhan, dan tunaikanlah ZAKAT, laksanakan
IBADAH HAJI bila mampu Ketahuilah bahwa sesama Muslim adalah bersaudara, Kamu
semua adalah sederajat".
"Tidak ada perbedaan satu
terhadap yang lain KECUALI KETAQWAAN DAN AMALAN SHALIH. Karena itu
berhati-hatilah jangan menyimpang dari jalan kebenaram setelah kepergianku
nanti".
"Ya saudara-saudaraku,
tidak akan ada Nabi dan Rasul sesudahku dan tidak akan ada agama lain yang lahir
karenanya. Simaklah baik-baik ya Saudaraku, dan pahamilah kata-kata yang
kusampaiakn kepadamu bahwa AKU MENINGGALKAN 2 PUSAKA, AL'QURAN DAN
contoh-contohku sebagai AS-SUNNAH, DAN BILA KALIAN MENGIKUTINYA TIDAK MUNGKIN
AKAN TERSESAT".
"SIAPA YANG MENDENGARKAN PERKATAANKU INI WAJIB MENYAMPAIKANNYA KEPADA YANG LAIN DAN SETERUSNYA, dan mungkin yang terakhir memahami kata-kataku ini bisa lebih baik dari yang langsung mendengarkan, Demi Allah aku bersaksi, bahwa aku telah menyampaikan ajaran-Mu kepada umat-MU YA ALLAH".
Semoga dengan asbab kisah
ini kita semakin meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan RasulNya,
Bukti cinta Rasulullah hingga detik-detik terakhir beliau kepada kita, semua
yang tidak pantas untuk dicintai ini sungguh sangat menyakitkan apabila kita
membalas dengan penghianatan.
"Sampaikanlah dariku
(Rasulullah) walaupun satu ayat".
Dengan suara terbata-bata,
pagi itu Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa salam berkhutbah, "Wahai umatku,
kita semua dalam kekuasaan Allah dan dalam cinta kasih-Nya. Maka taat dan
bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal kepada kalian, yaiut Al-Qur'an dan
Sunnahku. Barangsiapa yang mencintai Sunnahku, berarti mencintaiku dan kelak
orang-orang yang mencintaiku akan masuk Surga bersama-sama denganku."
Khutbah singkat itu
diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang menatap satu persatu para
sahabatnya. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar Bin Khathab
menahan nafas dalam tangisnya. Utsman Bin 'Affan menghela nafas panjang. Ali
Bin Abi Thalib hanya bisa menundukkan kepala.
"Isyarat telah datang
dan saatnya telah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua." Keluh
dalam hati para Sahabat Rasul. Manusia paling Mulia sejagat itu telah hampir
selesai menunaikan tugasnya. Dan tanda-tanda itu tampak semakin kuat. Sayyidina
Ali dengan cekatan memeluk Rasulullah yang begitu lemah dan begitu goyah ketika
turun dari mimbar.
Matahari kian tinggi. Tapi
pintu rumah Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa salam masih tertutup. Didalam
rumahnya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa salam tengah terbaring lemah dengan
kening berkeringat membasahi pelepah kurma sebagai alas tidurnya. Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar salam.
"Assalamu'alaikum.
Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Siti Fatimah tidak serta
merta mengijinkan ia masuk.
"Wa'alaikumsalam. Maaf
Ayahandaku lagi demam."
Ia kembali menemani
Ayahandanya yang ternyata sudah membuka mata sembari bertanya :
"Siapakah dia wahai
anakku?"
"Tak tahulah Ayahandaku. Sepertinya baru kali ini aku melihatnya." tutur Fatimah dengan lembutnya.
"Tak tahulah Ayahandaku. Sepertinya baru kali ini aku melihatnya." tutur Fatimah dengan lembutnya.
Lalu Rasulullah Shalallahu
'alaihi Wa salam menatap puterinya dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bagian demi bagian wajah puterinya ingin dikenangnya.
"Ketahuilah Fatimah.
Dialah yang akan menghapuskan kenikmatan sementara. Dialah yang akan memisahkan
pertemuan di dunia. Dialah Malaikatul Maut." kata Rasulullah.
Seketika Fatimah berusaha
menahan ledakan tangisnya.
-Malaikat Turun ke Bumi
Ketika Malaikat maut datang
mendekat, Rasulullah menanyakan kenapa Malaikat Jibril tidak menyertainya.
Kemudian dipanggillah Malaikat Jibril yang sudah bersiap di atas langit dunia
untuk menyambut kedatangan Ruh kekasih Allah yang begitu Mulia ini.
"Jibril, katakan apa
hakku nanti di hadapan Allah." tanya Rasulullah dengan suara yang teramat
lemah dan lirih.
"Pintu-pintu langit
telah terbuka. Para Malaikat telah menanti Ruhmu. Semua Surga terbuka lebar
menanti kedatanganmu." jawab Malaikat Jibril.
Dan ternyata itu tidak
membuat hati Rasulullah lega. Matanya masih begitu tampak penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang
mendengar kabar ini ya Rasul?" tanya Malaikat Jibril.
"Katakan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" lanjut Rasulullah.
"Jangan khawatir ya Rasulullah. Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, "Kuharamkan Surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya." jawab Malaikat Jibril.
"Katakan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" lanjut Rasulullah.
"Jangan khawatir ya Rasulullah. Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, "Kuharamkan Surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya." jawab Malaikat Jibril.
Detik demi detik semakin
berlalu. Saatnya Malaikat Izrail (Maut) melaksanakan tugasnya. Perlahan Ruh
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa salam ditariknya. Tampak sekujur tubuh
Rasulullah bersimbah keringat. Urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa
sakitnya Sakratul Maut ini." Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah tak kuasa menatap
Ayahandanya. Dibiarkan matanya terpejam. Sayyidina Ali yang berada di
sampingnya menunduk semakin dalam. Malaikat Jibrilpun memalingkan muka.
"Jijikkah engkau
melihatku hingga engkau palingkan wajahmu Ya Jibril?" tanya Rasulullah
pada Malaikat Jibril sang Penyampai Wahyu itu.
"Siapa yang sanggup
melihat kekasih Allah direnggut ajal ya Rasul?" kata Malaikat Jibril.
- Kasih Sayang Kepada Umat
Tiada Duanya
Kemudian terdengar
Rasulullah memekik karena merasakan sakit yang tak tertahankan. "Ya Allah,
dahsyat sekali sakitnya maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku.
Jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin.
Kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya mulai bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya kepada Rasulullah
Shalallahu 'alaihi Wa salam.
"Uushikum bishshalaati
wamaa malakat aymanukum."
Aku berpesan kepada kalian jagalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah diantara kamu."
Aku berpesan kepada kalian jagalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah diantara kamu."
Di luar pintu, tangispun
mulai terdengar bersahutan. Sahabat Rasulullah saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya. Dan Sayyidina Ali kembali mendekatkan telinga di
bibir Rasulullah yang mulai tampak kebiru-biruan.
"Ummatii...Ummatii....Ummatii."
Bagaimana nasib umatku.. umatku.. umatku.
Bagaimana nasib umatku.. umatku.. umatku.
Inna Lillahi Wainna Ilaihi
Raji'un.
Berakhirlah sudah riwayat
hidup seorang manusia yang kemuliaannya tak ada yang menandingi. Seorang manusia
pilihan yang telah memberi sinar cahaya terang dan membawa kita terbebas dari
kegelapan. Sosok yang begitu cinta kepada umatnya. Di saat ajalpun Rasulullah
tidak memikirkan anaknya, isterinya atau yang lainnya. Dalam hatinya Rasulullah
begitu gelisah memikirkan nasib umatnya.,,,barokallohuliiwalakuum..
No comments:
Post a Comment