Berdasarkan catatan sejarah, Nabi Muhammad SAW selama hidupnya memang memiliki istri 12 orang. Berdasarkan itu, maka sebagian kaum orientalis yang anti Islam “menuding” Nabi Muhammad SAW itu hiperseks dan budak nafsu syahwat. Padahal, kalau mau jujur, di balik poligami tersebut ada rahasia yang agung. Sayang, mereka kaum orientalis yang anti islam enggan menyingkap rahasia agung itu. Oleh karena itu, tulisan ini menjawab tuduhan keji para kaum orientaslis kepada Rasulullah SAW. Mudah-mudahan tulisan ini menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Indahnya Akhlak Rasulullah sehingga meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sebenarnya, Nabi Muhammad SAW itu “penganut monogami”. Buktinya, ketika poligami (beristri lebih dari satu) begitu mentradisi dan menjadi kebanggaan di kalangan masyarakat arab pada waktu itu, Nabi Muhammad SAW hanya punya istri satu saja. Dialah “Siti Khadijah”, wanita yang telah memberikan enam anak (dua laki dan empat wanita) selama 25 tahun membina rumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW.
Selama hidup bersama Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW tak pernah sekalipun main perempuan. Malah sebenarnya, setelah istri tercintanya itu wafat tiga tahun menjelang “hijrah” (perpindahan) umat muslim dari Mekah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW sempat menduda selama empat tahun.
Menuding bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai budak seks dan syahwat, merupakan fitnah yang sangat keji dari kaum orientalis anti Islam lantaran cemburu atas kesuksesan Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat dalam berbagai sektor. Maka, untuk melampiaskan kecemburuan itu, sebagian orientalis dan tokoh agama tertentu, sengaja menodai kesucian Nabi Muhammad SAW dengan melontarkan tuduhan-tuduhan keji tersebut.
Untuk diketahui, kondisi masyarakat Arab Jahiliyah waktu itu – sebelum kedatangan Islam – sangat memberikan peluang untuk mengumbar nafsu. Ketika itu, hubungan seks di luar nikah sudah memasyarakat dan menjadi sebuah tradisi yang wajar. Bahkan, seorang pria yang menikahi puluhan wanita pun, justru jadi simbol ketinggian status sosial. Sungguh, wanita Arab masa itu tak punya nilai sama sekali. Seakan kaum hawa diciptakan hanya untuk pemuas syahwat kaum pria semata.
Nabi Muhammad SAW yang ketika itu masih muda belia – sekitar 20 tahun – merasa khawatir dan prihatin melihat perilaku kaum pria di tengah masyarakatnya. Beliau mencoba menjauhkan diri dari perilaku yang tidak manusiawi itu. Akhirnya, Beliau mengasingkan diri ke Gua Hira di Jabal Nur (Gunung Nur). Beliau merenungi kebejatan moral masyarakatnya. Kemudian Beliau mencoba mencari kebenaran dan petunjuk dalam kesepian itu.
Padahal, kalau Nabi Muhammad SAW itu seorang budak nafsu, tentu Beliau akan menghabiskan masa mudanya dengan menggauli puluhan bahkan ratusan wanita cantik. Toh ketika usianya 20 tahun saja, nama Beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat Arab sehingga diberi gelar Al-Amin (Terpercaya). Kebaikan akhlaknya sudah jadi buah bibir ditengah masyarakat dan kegantengan rupanya pun tak kalah dengan pemuda-pemuda sebayanya. Lagi pula, Nabi Muhammad SAW adalah seorang keturunan “Darah Biru” yang kakek-buyutnya adalah orang terpandang dan disegani dikalangan masyakarat Arab waktu itu, kakek-buyutnya adalah pemimpin Bani Hasyim dan salah satu tokoh terpandang yang disegani dan dihormati suku Quraisy. Selain itu, kakek adalah orang yang dipercaya menjaga Ka’bah.
Tapi, ditengah gejolak darah mudanya itu, Nabi Muhammad SAW justru jadi penggugat tradisi poligami pelampias nafsu dan tradisi pelacuran atau seks diluar nikah. Ini menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang bersih dari perbudakan hawa nafsu. Tak pernah ada catatan secuil pun yang mengatakan, Nabi Muhammad SAW pernah melampiaskan nafsu biologisnya di luar nikah.
Nabi Muhammad SAW baru menyentuh kulit lembut wanita ketika Beliau menikahi Siti Khadijah. Pernikahan ini pun bukan atas dorongan nafsu seksual..!!! Bukti sejarah menunjukan, bahwa Nabi Muhammad SAW menikah pada usia 25 tahun, sementara Siti Khadijah yang berstatus janda ketika itu berusia 40 tahun. Kalau saja, Nabi Muhammad SAW adalah budak nafsu, jelas ditengah usianya yang masih muda itu, justru akan menikahi seorang bahkan beberapa gadis cantik yang masih perawan dan energik. Tapi ternyata tidak..!!!
RASULULLAH SAW SEBENARNYA PENGANUT MONOGAMI..!!!
Patut dicatat sejak menikah pada usia 25 tahun sampai ditinggal wafat istrinya pada usia 50 tahun, Nabi Muhammad SAW cuma punya satu istri saja. Itulah Siti Khadijah. Padahal kalau Beliau seorang budak nafsu, jelas ditengah kerentaan istrinya Siti Khadijah yang telah berumur 65 tahun itu, Beliau akan menikahi wanita lain agar nafsu biologisnya bisa tersalurkan sepuas-puasnya. Tapi ternyata tidak…!!!!
Bahkan, empat tahun sepeninggal Siti Khadijah pun, Nabi Muhammad SAW masih bertahan sebagai duda. Beliau lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan dakwah Islam. Tak terlintas sedikitpun untuk cepat-cepat punya istri baru lagi..!!!
Baru ketika usia Beliau 55 tahun, keinginan atau hasrat untuk menikah lagi muncul. Hasrat ini dilatarbelakangi karena keadaan umat Islam yang amat sangat menyedihkan dan memprihatinkan terutama bagi kaum wanita dan anak-anak kecil. Masa itu, kaum kafir Quraisy dan Yahudi tengah meningkatkan permusuhan dan kebenciannya terhadap umat Islam, sehingga penindasan-penindasan biadab yang dilancarkan musuh-musuh Islam tak bisa lagi dibiarkan, kecuali dilawan dengan kekuatan fisik. Singkat cerita, setelah turunnya wahyu dari Allah SWT, akhirnya terbukalah perang.
Di tengah peperangan ini, tak sedikit tentara Islam yang gugur sebagai syahid di medan pertempuran. Dampaknya jelas, banyak istri sahabat Nabi yang menjanda dengan memikul beban berat karena harus menghidupi anak-anak mereka yang tiada berayah lagi.
Dalam keadaan perang, tak mungkin sempat membangun panti asuhan anak-anak yatim. Apalagi masa itu, lingkungan persaudaraan umat Islam masih kecil sekali. Dan kondisi ekonomi umat Islam saat itu juga benar-benar sangat memprihatinkan. Sementara tentara musuh terus memburu tawanan wanita Islam untuk melampiaskan hawa nafsu mereka.
Kenyataan pahit itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk membuka pintu poligami. Para sahabat Nabi yang dinilai “mampu” dimintanya untuk menikahi janda-janda korban perang sampai empat. Syaratnya, para sahabat itu harus mampu berbuat adil, baik terhadap istri-istrinya, maupun anak-anak yatim yang dalam perawatannya. Kalau tidak bisa berbuat adil, cukup beristri satu saja. Syarat yang dikemukakan Nabi ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat : (3).
Nabi sebagai penganjur poligami dalam keadaan darurat waktu itu, juga menikahi para janda sahabatnya, sehingga para janda itu selamat dari perlakuan semena-mena tentara musuh Islam. Anak-anak para janda yang berstatus yatim itu pun, terpelihara dan terjaga dengan baik.
Dari catatan sejarah, setelah Siti Khadijah Wafat, Nabi Muhammad SAW menikahi 11 wanita, tiga diantaranya adalah wanita budak atau tawanan perang (Siti Juwariyah, Siti Shafiyah, dan Maria Al-Qibtiyah), delapan lainnya adalah wanita merdeka yaitu (Siti Saudah, Siti Aisyah, Siti Hafsah, Siti Zainab Ummul Masakin, Ummi Salamah, Siti Zainab Putri Umaimah, Ummi Habibah dan Siti Maimunah). Dari delapan wanita merdeka itu, hanya seorang wanita yang berstatus gadis. Itulah Siti Aisyah, sedangkan yang lainnya berstatus janda.
MEMULIAKAN DERAJAT WANITA
Masyarakat Arab waktu itu memandang wanita-wanita tawanan perang atau wanita-wanita yang dihadiahkan majikannya kepada pihak lain, adalah budak. Wanita hanya dianggap sebagai alat pemuas nafsu birahi. Ditengah masyarakat pun, wanita tak punya kedudukan apa-apa.
Pandangan dan perlakuan negatif seperti ini kemudian dihapus oleh Nabi Muhammad SAW. Dua wanita tawanan perang Islam, (Siti Juwairiyah, dan Siti Shafiyah) Beliau merdekakan, kemudian Beliau nikahi. Maria Al-Qibtiyah yang dihadiahkan Muqauqis Raja Romawi di Mesir kepada Nabi Muhammad SAW juga dimerdekakan dan dinikahi. Dengan begitu, ketiga wanita ini menempati derajat tertinggi di tengah masyarakat Islam karena telah menjadi istri Nabi.
Menyimak pernikahan Nabi dengan tiga wanita tersebut, jelas bukan lantaran dorongan nafsu syahwat, melainkan untuk menghargai dan mengangkat derajat kaum hawa, sehingga terbebas dari perbudakan nafsu pria. Nilai tambah dari pernikahan Nabi Muhammad dengan para janda ini ditandai dengan makin berkembangnya ajaran Islam dan makin terkuburnya permusuhan antar suku.
Dengan menikahi Siti Juwairiyah, putri pemimpin Kabilah Yahudi Bani Mustaliq, Nabi Muhammad SAW berhasil mengislamkan ratusan orang dari Bani Mustaliq itu. Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Shafiyah, putri kepala kabilah yahudi Bani Nadlir, juga menuntaskan permusuhan antara kaum muslimin dengan Yahudi Madinah. Dan, pernikahan Nabi dengan Siti Saudah pun, berhasil mendamaikan permusuhan antara Bani Abdi Syam dengan Bani Hasyim.
Hebatnya lagi, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Maimunah, menarik dua tokoh Quraisy ternama untuk memeluk Islam secara sukarela yaitu Ibnu Abas dan Khalid bin Walid. Sementara, pernikahan Nabi dengan Siti Aisyah dan Siti Hafsah membawa pengaruh besar terhadap keutuhan ajaran Islam. Siti Aisyah yang berotak cerdas, berwawasan luas serta memiliki daya ingat yang luar biasa, tercatat sebagai narasumber lahirnya Hadist-hadist setelah Nabi wafat. Dan Siti Hafsah yang rajin mengumpulkan teks Al-Qur’an yang ditulis para sahabat ternama di pelepah kertas, daun kurma, batu dll. Teks-teks Al-Qur’an tersebut kemudian dihimpun menjadi satu. Akhirnya, lahirlah Kitab Suci Al-Qur’an seperti yang kita kenal sekarang..
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Yang benar datangnya dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Tunggal, Yang Tiada Beranak dan Tiada Diperanakan. Sedangkan yang salah datangnya dari saya pribadi. Salawat dan Salam semoga selalu Allah SWT curahkan kepada Junjungan Kita, Suritauladan kita, penutup para Nabi, Nabi Besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita semua kelak dipertemukan Baginda Nabi di surga-Nya..Aamiin Allahumma Amiin.
MENGAPA NABI MUHAMMAD SAW POLIGAMI?
Salah satu tuduhan keji yang sering dilontarkan oleh kaum nasrani adalah terkait pernikahan Nabi Muhammad dan Poligami beliau SAW. mereka menganggap bahwa Nabi Muhammad melakukan poligami untuk kesenangan sema-mata bahkan lebih keji lagi mereka menuduh bahwa semua itu dilakukan untuk memuaskan nafsu, Sungguh ini tuduhan yang sangat sangat keji sekali, mereka mengomentari sesuatu yang belum ia ketahui permasalahannya.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pernikahan dan Poligami yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
- Khadijah Binti Khuwalid r.a
Hingga mencapai usia 50 tahun, Siti khadijah merupakan istri beliau satu satunya , artinya Selama 25 tahun Rasulullah SAW menghayati sebagian besar masa mudanya dengan hidup bersama seorang istri saja yakni Khadijah Binti Khuwalid.
Rasulullah Berpoligami
Masa lima tahun Rasulullah SAW hidup berpoligami adalah masa perjuangan mempertaruhkan hidup mati demi kebenaran islam dan kesentosaan kaum muslimin. Madinah tempat beliau hijrah bertubi tubi dirong rong dan diincar serta berulangkali nyaris diserbu oleh kaum Musrikin yang hendak menghancurkan islam dan kaum muslimin. Belum lagi menghadapi kaum Yahudi dan kaum munafik. Tidak sedikit jumlah sahabat yang gugur, satu demi satu dibunuh musuh secara gelap. Apakah dalam keadaan itu beliau sempat menikmati keadaan santai dan bersenang senang dengan istri istrinya?
Belum lagi kita bicara tentang ibadah beliau yang siang malam selalu menghadapkan diri kepada Allah SWT. Bahkan menurut hadis, Rasulullah menghabiskan separoh malam, bahkan lebih untuk menunaikan shalat dan membaca Alquran hingga kaki beliau bengkak.
Apakah seorang Nabi yang tiap malam menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan cara demikian berpoligami dengan maksud bersenang senang?
- Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a
Yang perlu digaris bawahi disini adalah pernikahan tersebut bukan atas kehendak Nabi Muhammad, akantetapi atas permintaan ayah Siti Aisyah sendiri yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a , dari sini saja kita dapat mematahkan pendapat yang beredar bahwa nabi Muhammad adalah seorang pedofilia, karna tidak mungkin seorang ayah meminta orang lain untuk menikahi anaknya yang belum siap untuk menikah. Artinya saat itu Aisyah memang sudah siap untuk menikah dan menjalin rumah tangga hal ini terbukti sebelum Rosulullah meminang Siti Aisyah, Abu Bakar mengalami dilema antara menikahkan putrinya dengan seorang kafir atau mengingkari janjinya kepada Muth’im bin Ady orang tua dari pemuda kafir tersebut yang telah dijanjikan untuk menikahi putrinya. Sungguh beruntung bahwa yang terjadi justru istri Muth’im bin `Ady tidak menghendaki anaknya menikahi Aisyah karena tidak menginginkan anaknya masuk agama baru yang dibawa Nabi
- Siti Saudah binti Zam’ah r.a
Karena usianya sudah tua, Siti Saudah menyerahkan gilirannya kepada siti Aisyah r.a.
Lantas apakah pernikahan Rasululah dengan Siti Saudah Binti Zama’ah r.a yang sudah tua ini menunjukkan bahwa Rosulullah berpoligami untuk mencari kesenangan semata seperti yang dituduhkan oleh orang nasrani???
- Siti Hafshah bnti Ibnul Khattab r.a
Dikalangan masyarakat Arab, terutama masa itu, mempunyai seorang anak perempuan terlambat nikah atau menjadi janda dalam waktu lama dipandang sebagai hal yang memalukan dan menghawatirkan, betapa resah perasaan Umar menghadpi kenyataan pahit itu.
Kemudian Umar mengadu kepada Rasulullah, dan beliau menjawab: “Hafshah akan menikah dengan yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman akan menikah dengan yang lebih baik dari Hafshah”. Umar tidak pernah menyangka bahwa Rasulullah akan menikahi putrinya, hingga ia bersorak kegirangan mengumumkan kepada para sahabatnya, yang kemudian disambut oleh Abu Bakar juga Utsman. Dan seperti dikatakan oleh Nabi, maka Utsman akhirnya menikah dengan putri beliau; Umi Kultsum
Salah satu hikmah dari pernikahan ini adalah semakin dekatnya Hubungan Rasulullah dengan sahabatnya Umar Ibnu Khattab, karna dari 4 sahabat nabi yang terkemuka, hanya Umar yang belum mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad SAW, sehingga tidak heran jika kesediaan Nabi menikahi Putri tersayang sudah menjadi disambut gembira oleh Umar Ibnu Khattab
- Zainab Binti Khuazimah r.a
Jika Rasulullah berpoligami hanya untuk mencari kesenangan, lantas mengapa Rasulullah memilih seorang yang janda? Bahkan janda dua kali?
- Ummu Salamah r.a
Apakah pernikahan Nabi dengan Ummu Salamah seorang janda yang sudah tua dan mempunyai anak yang banyak karena mencari kesenangan semata??? Sebagai mana tuduhan orang Kristen selama ini?? Jika memang tuduhan itu benar, mengapa Nabi tidak menikah dengan seorang yang masih muda, perawan dan belum mempunya anak?
- Zainab binti Jahsy r.a
Pada masa sebelum islam, masyarakat Arab memandang hina wanita merdeka yang menikah dengan Pria bekas budak, Rasulullah memberi pengertian kepada umatnya bahwa kemulyaan seseorang tidak terletak pada keturunan atau kedudukan sosialnya dan tidak pula terletak pada warna kulit dan jenis kebangsaannya akan tetapi pada ketinggian tingkat ketakwaannya kepada Allah SWT. Sebagai mana firman Allah
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengena”l. (QS Al hujarat 13)
- Juwariyah binti Al-Harist r.a
- Shafiyyah binti Huyaiy r.a
Melalui pernikahan ini Rasulullah juga bermaksud mengurangi permusuhan dengan kaum Yahudi terhadap Islam dan kaum muslimin, bahkan beliau mengharap kesediaan orang orang Yahudi untuk memeluk agama Islam
Dari dua perkawinan di atas (Shafiyyah binti Huyaiy r.a & Juwariyah binti Al-Harist r.a ), dapat kita lihat bahwa upaya pembebasan perbudakan -akibat peperangan- lebih menonjol ketimbang masalah lainnya. Disisi lain dua pernikahan ini semakin mengokohkan kedudukan Muslim dalam rangka pembentukan komunitas bersama yang tidak saling bermusuhan. Selanjutnya, bahwa melihat usia Shofiyah yang masih 17 th. dan sudah menikah dua kali, setidaknya menunjukkan bahwa selain masyarakat Arab, komunitas Yahudi yang tinggal di Khaibar juga memiliki adat mengawinkan seorang wanita sejak masih dini.
- Ummu Habibah binti Abu Sofyan r.a
- Mauminah binti Al-Harist r.a
Jika dilihat dari seluruh pernikahan nabi seperti yang telah kita bahas, maka penolakan nabi tersebut agaknya lebih dilandaskan pada sisi kemanfaatan dan kemaslahatan, baik bagi umat maupun bagi wanita itu sendiri. Hal ini sekaligus menampik tuduhan bahwa perkawinan Rasulullah dilandaskan pada kepentingan pemuasan seksual.
Marikita renungkan bersama
Jika memang Rasulullah berpoligami untuk mencari kesenangan,
- Mengapa Rasulullah baru berpoligami saat sudah menginjak usia lanjut? Mengapa tidak saat muda beliau berpoligami?
- mengapa yang dipoligami semuanya Janda (hanya Aisyah yang bukan) dan rata rata berusia sudah tua? Mengapa tidak yang masih gadis saja?
- Mengapa Rasulullah banyak menghabiskan malamnya untuk beribadah kepada AllahSWT, saking lamanya hingga kakinya bengkak?
Menjawab Tuduhan Rasulullah Menyalahi Hukum Alqur'an dalam Menikah Karena Beristri Lebih Dari Empat
Saya sering sekali mendengar tuduhan dari kaum kafir dan orientalis bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh pertama yang menyalahi hukum qur'an dalam hal nikah, dimana qur'an membolehkan bagi seorang lelaki muslim nikah dengan empat orang perempuan, sedangkan Nabi Muhammad adalah pengagum nafsu sex dan pecinta wanita, beliau menyalahi hukum dengan menikahi 12 orang perempuan. Yang lebih aneh lagi, qur'an menyifati beliau dengan sebaik-baik suri tauladan.
Klarifikasi :
"Nikahilah wanita-wanita (lain) yang kalian senangi masing-masing dua, tiga, atau empat—kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, kawinilah seorang saja—atau kawinilah budak-budak yang kalian miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat pada tindakan tidak berbuat aniaya.” (QS an-Nisa’ [4]: 3)"
Mengapa Rasulullah Saw. tidak membatasi empat orang isteri saja, padahal Alqur'an membatasi jumlah isteri ketika beliau sedang beristeri 9 orang, dan mengapa tidak ditalak selebihnya?
Jawabannya; di ayat lain, Allah telah mengharamkan isteri-isteri beliau nikah dengan umatnya, karena status mereka adalah ummahat (ibu-ibu kaum muslimin) (QS: Al-Ahzab: 6 dan 53).
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)" (QS.Al-Ahzab:6)
"Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka, maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar di sisi Allah.
Jika seandainya ditalak, maka akan dikemanakan mereka. Bukankah hal yang sama, kita tidak tega melakukannya untuk anak perempuan kandung, saudara, dan ibu kita. Sebab lainnya; jika Rasulullah menalak isterinya, maka akan membuat isteri-isterinya bersedih, mendatangkan kebencian keluarga dan kabilah mereka" (QS.Al-Ahzab:53)
Ada orang yang bilang; kalau begitu apa bedanya dengan isteri-isteri kaum muslim yang tertalak, bukankah mereka juga akan bersedih, keluarga dan kabilahnya akan tersinggung.
Jawabannya; Benar, namun Rasulullah beda dengan lelaki/suami muslim lainnya.
Tanya kenapa? Karena kebencian dan kekalutan batin dari pihak isteri, keluarga, dan kabilahnya, hanya dia sendiri yang merasai akibatnya.
Adapun Rasulullah, benci dan kekalutan yang ditujukan kepada beliau, sama halnya ditujukan kepada Allah. lebih-lebih, bila sudah menyangkut dakwah. Bisa-bisa misi Islam tidak berhasil.
Terus, mengapa Rasulullah poligami? Karena, hal itu adalah perintah Allah berdasarkan sebab-sebab tertentu.
Pertanyaan balik; nafsu sex itu meningkat bila seseorang bertambah usianya, atau malah berkurang?
Karena Jika Rasulullah pengagum sex, mengapa beliau tidak melakukan poligami saat usia muda?
Sejarah telah mengabarkan kepada kita, bahwa beliau monogami bersama Siti Khadijah selama dua puluh lima tahun. Saat-saat dimana jiwa muda bergelora. Juga, Siti Khadijah lebih tua dari beliau lima belas tahun. Beliau tidak nikah, kecuali setelah Siti Khadijah wafat.
Sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 25 tahun. Baru kemudian, empat tahun sepeninggal Khadijah, Rasulullah berpoligami Ketika Rasulullah berusia sekitar 55 tahun. Itu pun dijalani hanya sekitar 8 tahun dari sisa hidup beliau. Namun hal ini seringkali diacuhkan oleh para penghujat islam. Ditambah dengan aktifitas dakwah yang padat, salat tahajud sampai kaki beliau bengkak, ikut bertempur memerangi orang-orang kafir, menerima tamu-tamu yang berkunjung, mengadakan perjanjian-perjanjian damai demi keamanan dengan Yahudi, orang-orang munafik, dan kabilah-kabilah tetangga, dll.
Yang jika ditela'ah, satu orang anak manusiapun tidak mampu melakukan berbagai aktifitas yang padat tadi. Mungkinkah, Rasulullah masih punya waktu banyak dan tenaga yang cukup untuk bersenang-senang dengan isteri-isterinya?
Belum lagi kehidupan beliau yang penuh dengan kezuhudan dan kesederhanaan. Sampai-sampai, saat beliau sangat lapar, dua butir batu beliau gunakan untuk menonggak perutnya, agar rasa lapar tidak terasa. Makan hanya dengan tiga butir kurma dan dapurnya hampir tidak pernah berasap. Juga, keseringan puasanya. Padahal umatnya dilarang puasa wisal (bersambung) sedangkan beliau sendiri puasa wisal sampai tiga hari berturut-turut.
Pertanyaannya : masihkan tersisakah nafsu sahwat Beliau ?
Kalau Rasulullah pengagum sex, mengapa beliau memilih isteri-isteri yang sudah lanjut usia, lemah, hanya Aisyah yang beliau nikahi ketika masih gadis?
Mengapa pula Rasulullah memilih janda-janda? Sejarah membuktikan, bahwa semua isteri Rasulullah adalah wanita-wanita lanjut usia, lemah, dan janda. Kecuali Siti Aisyah. Bahkan sebagian mereka telah sangat lanjut usia. Seperti Siti Khadijah, Siti Saudah, dan Siti Zainab binti Khuzaimah. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pengagum sex paling suka bila isterinya bersolek dan berpakaian yang paling indah. Apa yang kita saksikan dengan isteri-isteri Rasulullah. Mereka ketika meminta beliau agar nafkah ditambah, langsung Allah memerintahkan mereka untuk memilih salah satu dari dua hal; ditalak atau hidup bersama Rasulullah dengan kezuhudan dan kesederhanaan. (Q.S: al-Ahzab: 28-29).
Saat itu pilihan mereka adalah Allah, Rasulullah, dan kenikmatan surga. Lalu Allah dan Rasulullah-pun meridhai mereka.
Kedudukan orang nabi di tengah umatnya tidak sama. Kedudukannya jauh lebih tinggi, bahkan dari derajat para malaikat sekalipun. Bukankah sampai pada titik tertentu dari langit yang tujuh itu, malaikat Jibril pun harus berhenti dan tidak bisa meneruskan perjalanan mi’raj? Sementara nabi Muhammad SAW sendiri saja yang boleh meneruskan perjalanan. Ini menunjukkan bahwa derakat beliau SAW lebih tinggi dari malaikat Jibril `alaihissalam.
Demikian juga dengan masalah dosa. Kalau manusia umumnya bisa berdosa dan mendapat pahala, para nabi justru sudah dijamin suci dari semua dosa . Artinya, seandainya mau, para nabi itu mengerjakan hal-hal yang diharamkan, sudah pasti Allah tidak akan menjatuhkan vonis dosa kepada mereka. Sebab tugas mereka hanya menyampaikan syariah saja, baik dengan lisan maupun dengan peragaan. Namun karena para nabi itu dijadikan qudwah hidup, maka mereka pun beriltizam pada syariat yang mereka sampaikan.
Pengecualian Syariat Buat Pribadi Rasulullah SAW
Dalam implementasinya, memang secara jujur harus diakui adanya sedikit detail syariah yang berbeda antara Rasulullah SAW dengan umatnya. Namun pengecualian ini sama sekali tidak merusak misi utamanya sebagai pembawa risalah dan juga qudwah. Sebab di balik hal itu, pasti ada hikmah ilahiyah yang tersembunyi. Misalnya, bila umat Islam tidak diwajibkan melakukan shalat malam, maka Rasulllah SAW justru diwajibkan untuk melakukannya.
إِنَّ رَبَّكَ
يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِن ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ
وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ
فَاقْرَؤُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم
مَّرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ
اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَؤُوا مَا
تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا
اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ
تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Muzammil:19)
Bila umat Islam diharamkan berpuasa dengan cara wishal , maka Rasulullah SAW justru diperbolehkan bahkan diperintahkan.
عن
ابن عمر - رضي الله تعالى عنهما - قال: { واصل رسول الله صلى الله عليه
وسلم في رمضان, فواصل الناس.. فنهاهم, قيل له: إنك تواصل, قال: إني لست
مثلكم, إني أطعم وأسقى
Dari Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa wishal di bulan Ramadhan. Lalu orang-orang ikut melakukannya. Namun beliau SAW melarangnya. Orang-orang bertanya, Mengapa Anda melakukannya? Beliau menjawab, aku tidak seperti kalian. Sebab aku diberi makan dan diberi minum.
Bila isteri-isteri umat Islam tidak diwajibkan bertabir dengan laki-laki ajnabi, khusus buat para isteri Rasulllah SAW telah ditetapkan kewajiban bertabir. Sehingga wajah mereka tidak boleh dilihat oleh laki-laki, sebagaimana mereka pun tidak boleh melihat wajah laki-laki lain. Hal itu berlaku buat para isteri nabi SAW. Kejadian itu bisa kita lihat tatkala Abdullah bin Ummi Maktuh yang buta masuk ke rumah nabi SAW, sedang saat itu beliau sedang bersama dua isterinya. Rasulullah SAW lalu memerintahkan mereka berhijab , meski Abdullah bin Ummi Maktum orang yang buta matanya. Namun Rasulullah SAW menjelaskan bahwa kedua isterinya bukan orang yang buta. Karena itulah Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
وَإِذَا
سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ
أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَن تُؤْذُوا
رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَن تَنكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِن بَعْدِهِ أَبَدًا
إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمًا
"........ Apabila
kamu meminta sesuatu kepada mereka , maka mintalah dari belakang tabir.
Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak
boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak mengawini isteri-isterinya
selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat
besar di sisi Allah." (QS.Al-Ahzab:53)Bila wanita yang telah ditinggal mati oleh suaminya selesai dari ‘iddah mereka boleh dinikahi oleh orang lain, maka para janda Rasulullah SAW justru haram dinikahi selamanya oleh siapapun. Bahkan kepada mereka disandangkan gelar ummahatul mukminin yang artinya adalah ibu orang-orang mukmin. Haramnya menikahi janda Rasulullah SAW sama dengan haramnya menikahi ibu sendiri.
Dan masih ada beberapa lagi kekhususan Rasulullah SAW. Salah satunya adalah kebolehan beliau untuk tidak menceraikan isteri yang jumlahnya sudah lebih dari 4 orang. Sedangkan umat Islam lainnya, disuruh untuk menceraikan isteri bila melebihi 4 orang.
Sebagaimana kita ketahui di masa lalu dan bukan hanya terjadi pada bangsa Arab saja, para laki-laki memiliki banyak isteri, hingga ada yang mencapai ratusan orang. Barangkali hal itu terasa aneh untuk masa sekarang. Tapi percayalah bahwa gaya hidup manusia di masa lalu memang demikian. Dan bukan hanya tradisi bangsa Arab saja, melainkan semua bangsa. Sejarah Eropa, Cina, India, Afrika, Arab dan nyaris semuanya, memang terbiasa memiliki isteri banyak hingga puluhan. Bahkan para raja di Jawa pun punya belasan selir.
Lalu datanglah syariat Islam yang dengan bijaksana memberikan batasan hingga maksimal 4 orang saja. Kalau terlanjur sudah punya isteri lebih dari empat, harus diceraikan suka atau tidak suka. Kalau kita melihat dari sudut pandang para isteri, justru kita seharusnya merasa kasihan, karena harus diceraikan.
Karena itulah khusus bagi Rasulullah SAW, Allah SWT tidak memerintahkannya untuk menceraikan para isterinya. Tidak ada pembatasan maksimal hanya 4 orang saja. Justru pengecualian itu merupakan bentuk kasih sayang Nabi SAW kepada mereka, bukan sebaliknya seperti yang dituduhkan oleh para orintelis dan kafir yang hatinya hitam itu. Mereka selama ini menuduh Rasulullah SAW sebagai orang yang haus perempuan, naudzu bilahi min zalik.
Catatan tambahan :
Berikut adalah nama-nama istri Rasulullah dan alasan-alasan beliau memperistrinya :
1. Khadijah binti Khuwailid RA,
Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dari pernikahnnya dengan Khadijah Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup.
2. Saudah binti Zam’ah RA
Dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khodijah. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr. Beliau SAW nikah dengan Siti Saudah binti Zam'ah yang janda ditinggal mati suami. Sedangkan kerabatnya adalah orang-orang musyrik. Usia Siti Saudah kala itu enam puluh enam tahun. Lebih tua dengan beliau lima belas tahun. Demi tidak membiarkan Siti saudah dalam kesendirian, sebatang kara. Karena kalau dia kembali ke kerabatnya yang musyrik, maka Islamnya akan terancam. Sebelumnya Siti Aisyah bermimpi, bahwa Siti Saudah menjadi isteri Rasulullah. (Sahihul Jami': 915).
3. Aisyah binti Abu Bakar RA
Dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah. Tentang berapa usia aisyah ketika menikah,
Ia adalah seorang gadis dan Rasulullah SAW tidak pernah menikahi seorang gadis selain Aisyah.
Dengan menikahi Aisyah, maka hubungan beliau dengan Abu Bakar menjadi sangat kuat dan mereka memiliki ikatan emosional yang khusus. Posisi Abu Bakar sendiri sangat pending dalam dakwah Rasulullah SAW baik selama beliau masih hidup dan setelah wafat. Abu Bakar adalah khalifah Rasulullah yang pertama yang di bawahnya semua bentuk perpecahan menjadi sirna.
Selain itu Aisyah ra adalah sosok wanita yang cerdas dan memiliki ilmu yang sangat tinggi dimana begitu banyak ajaran Islam terutama masalah rumah tangga dan urusan wanita yang sumbernya berasal dari sosok ibunda muslimin ini.
4. Hafsah binti Umar bin Al-Khatab RA,
beliau ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk menghormati bapaknya Umar bin Al-Khatab.
Dengan menikahi hafshah putri Umar, maka hubungan emosional antara Rasulullah SAW dengan Umar menjadi sedemikian akrab, kuat dan tak tergoyahkan. Tidak heran karena Umar memiliki pernanan sangant penting dalam dakwah baik ketika fajar Islam baru mulai merekah maupun saat perluasan Islam ke tiga peradaban besar dunia. Di tangan Umar, Islam berhasil membuktikan hampir semua kabar gembira di masa Rasulullah SAW bahwa Islam akan mengalahkan semua agama di dunia.
Catatan : Rasulullah menikah dengan Siti Aisyah dan Siti Hafsah sebagai penghargaan kepada keduanya, juga kepada kedua orang tua keduanya. Sebab kedua bapak mereka adalah menteri beliau (Abu Bakar As-shiddieq dan Umar bin Khaththab). Hal ini demi tidak menghalangi keduanya untuk menziarahi Rasulullah kapan saja.
5. Zainab binti Khuzaimah RA,
Dari Bani Hilal bin Amir bin Shofiyah. Sebelumnya ia bersuamikan Abdulloh bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW . Siti Zainab binti Khuzaimah paling tua dibanding Rasulullah. Suaminya gugur pada perang Uhud. Tiada seorangpun yang mencoba menikahinya. Rasulullah kemudian menikahinya. Zainab binti Khuzaimah terkenal kala itu, dengan panggilan Umu Masakin (ibu para fakir miskin). Karena dia sering berinfak.
6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA,
Sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya tersebut meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4 Hijriyah dengan menngalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal di tahun yang sama.
Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormati Ummu Salamah dan memelihara anak-anak yatim tersebut. Ummu Salamah adalah salah peserta hijrah ke Habasyah dan Madinah. Suaminya yang baik hati, Abu Salamah meninggal dunia, sedangkan dia mempunyai anak-anak yang butuh asuhan. Maka Rasulullah menikahinya demi memuliakan dia, karena dia penyabar, juga karena dia termasuk golongan orang-orang yang menganut Islam dimasa awal-awal. Dan yang jelas, demi memuliakan mantan suaminya yang begitu baik. Dengan cara mengasuh anak-anaknya. Rasulullah SAW sebenarnya telah berdoa kepada Allah agar Umi Salamah mendapatkan suami yang terbaik. Di malam pertama, Rasulullah menanyai anak-anaknya. Karena beliau tidak melihat mereka nampak bersama ibunya. Umi Salamah menjawab; mereka di rumah paman mereka. Rasulullah tidak menerima hal itu, lalu memerintahkan kepadanya agar mereka balik. Setelah itu Rasulullah bersabda; "barang siapa yang memisahkan antara orang tua dan anaknya, maka Allah akan memisahkannya dengan orang yang dia cintai di hari kiamat". (Sunan Turmudzi dan Sahihul Jami': 6412).
Rasulullah sangat menyayangi anak-anak Umu Salamah. Menimang mereka, bermain bersama, makan bersama.
7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA,
Dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya ia menikahi dengan Zaid bin Harits kemudian diceraikan oleh suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo’dah tahun kelima dari Hijrah.
Pernikahan tersebut adalah atas perintah Allah SWT untuk menghapus kebiasaan Jahiliyah dalam hal pengangkatan anak dan juga menghapus segala konskuensi pengangkatan anak tersebut.
8. Juwairiyah binti Al-Harits RA,
pemimpin Bani Mustholiq dari Khuza’ah. Ia merupakan tawanan perang yang sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya’ban tahun ke 6 Hijrah.
Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormatinya dan meraih simpati dari kabilhnya (karena ia adalah anak pemimpin kabilah tersebut) dan membebaskan tawanan perang.
9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA,
sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nashroni dan meninggal di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Ketika Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan surat kepada raja Najasy pada bulan Muharrom tahun 7 Hijrah. Nabi mengkhitbah Ummu Habibah melalu raja tersebut dan dinikahkan serta dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah.
Sehingga alasan yang paling kuat adalah untuk menghibur beliau dan memberikan sosok pengganti yang lebih baik baginya. Serta penghargaan kepada mereka yang hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami siksaan dan tekanan yang berat di Mekkah. Adapun Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufyan) mendapatkan terror dari bapak dan saudaranya. Lalu dia hijrah bersama suaminya ke Habsyah. Tiba di sana, suaminya masuk agama Kristen. Jadilah dia dalam kesendirian. Rasulullah kemudian mengirim utusan kepada Raja Habsyah, Najasyi, agar meminangnya untuk Rasulullah, demi memuliakan Ummu Habibah. Jika dia kembali kepada kerabatnya, maka dipastikan, dia akan sengsara lagi.
10. Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab RA,
dari Bani Israel, ia merupakan tawan perang Khaibar lalu Rasulullah SAW memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan Khaibar tahun 7 Hijriyyah.
Siti Shafiyah binti Huyayyi tertawan pada perang Khaibar. Dalam perang itu suami, bapak, saudara, dan pamannya terbunuh. Rasulullah membebaskannya, demi kasih sayang, hormat, dan agar ada yang menaunginya. Siti Shafiyah sebelumnya bermimpi, bulan purnama jatuh di pangkuannya. Tatkala dia menceritakan mimpinya kepada keluarganya. Pamannya langsung menamparnya dan berkata; kau mau menikah dengan Nabinya bangsa Arab itu.
Pernikahan tersebut bertujuan untuk menjaga kedudukan beliau sebagai anak dari pemuka kabilah.
11. Maimunah binti Al- Harits RA ,
saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah binti Al-Harits. Ia adalah seorang janda yang sudah berusia lanjut, dinikahi di bulan Dzul Qa?dah tahun 7 Hijrah pada saat melaksanakan Umroh Qadho.
Dari kesemua wanita yang dinikahi Rasulullah SAW, tak satupun dari mereka yang melahirkan anak hasil perkawinan mereka dengan Rasulullah SAW, kecuali Khadijatul Kubra seperti yang disebutkan di atas. Namun Rasulullah SAW pernah memiliki anak laki-laki selain dari Khadijah yaitu dari seorang budak wanita yang bernama Mariah Al-Qibthiyah yang merupakan hadiah dari Muqauqis pembesar Mesir. Anak itu bernama Ibrahim namun meninggal saat masih kecil.
Demikianlah sekelumit data singkat para istri Rasulullah SAW yang mulia, dimana secara khusus Rasulullah SAW diizinkan mengawini mereka dan julah mereka lebih dari 4 orang, batas maksimal poligami dalam Islam.
Dari kesemuanya itu, umumnya Rasulullah SAW menikahi mereka karena pertimbangan kemanusiaan dan kelancaran urusan dakwah.
12. Maria Al-Qibthiyah
Maria Al-Qibthiyah adalah budak hadiah dari Pengusa Mesir, Raja Muqauqis yang beragama kristen. Tidak benar kalau Rasulullah SAW berzina dengan budak tersebut. Dan tidak juga benar Maria adalah budak istri Rasulullah Hafsah, Putri Umar Al Khattab. Maria adalah budak Rasulullah SAW sendiri sekaligus istri beliau dari golongan hamba sahaya dalam bahasa kita adalah selir, bukan budak Hafsah istri Rasulullah Putri Umar Al Khattab Al Faruq. Sementara Maria sendiri adalah istri beliau (Rasulullah SAW) yang dari buah perkawinannya lahirlah Ibrahim yang meninggal pada umur 2 tahun.
Dengan lahirnya Ibrahim maka status Maria bukanlah selir lagi melainkan sama kedudukannya dengan istri-istri nabi yang lain.
SECARA GARIS BESAR, ALASAN RASULULLAH BERPOLIGAMI ADALAH
1. Demi menanamkan benih kasih sayang dengan kerabat dan kabilah isteri-isterinya.
2. Agar mereka masuk Islam.
3. Agar kepribadian Rasulullah dirumah diketahui oleh banyak orang. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa banyak orang yang nampak di luar rumah sebagai seorang yang alim dan bertaqwa, tetapi ketika di dalam rumahnya, sifat-sifat tadi tidak bisa dipertahankan. Maka, demi mengekspos seluruh kepribadian Rasulullah di dalam rumah, dibutuhkan lebih dari seorang isteri. Karena satu saja tidak cukup. Dan kalau hanya seorang isteri, maka akan kemungkinan besar, si isteri akan dituduh menutup-nutupi kejelekan suami, karena saking cintanya kepada suami, saking sibuknya isteri mengurusi rumah tangga, atau karena lupa. Jika informasi tentang kepribadian Rasulullah bersumber dari banyak isteri, maka dipastikan informasi itu sangat benar dan sangat akurat. Secara naluri, isteri satu-satunya pasti cinta kepada suaminya. Dan cenderung untuk menutupi kejelekan suaminya. Adapun jika isteri banyak, maka cenderung mereka akan benci dan menyebarkan aib-aibnya, walaupun suami mereka sudah meninggal dunia. Belum lagi, jika ternyata yang membunuh pemimpin dan pembesar kaum, serta keluarganya adalah suami mereka. Seperti terbunuhnya keluarga Siti Shafiyah dan Siti Juwairiyah (sebelum keduanya masuk Islam). Lain halnya dengan Rasulullah. Isteri-isterinya ketika selama bergaul dengan beliau, bernaung dalam bimbingan beliau, kepribadian luhur beliau tetap konsisten saat sunyi maupun ramai. Hal ini yang menjadikan, isteri-isterinya bisa dipercaya oleh kaum muslimin atas informasi tentang tingkah laku beliau di rumah.
Sedikit saja ada sikap Rasulullah yang menyimpang dari kepatutan, pasti akan tersebar luas.
4. Rumah-rumah isterinya menjadi pusat penyebaran risalah Islam. Lebih lagi, bila ajaran yang menyangkut masalah khusus perempuan.
5. Istri-istri Rasulullah adalah duta-duta Islam kepada kaum dan kabilah dimana mereka lahir dan besar. Dengan adanya pendidikan dan taujih yang berasal dari guru mereka sekaligus suami mereka, menjadikan mereka lebih mengenal karakter Islam yang kaffah yang bersumber dari Rasulullah SAW langsung dan wahyu yang diberikan kepada Beliau. Dengan adanya istri-istri Rasulullah sebagai duta-duta Islam menjadikan penyebaran dan tarbiyah Islam kepada umat menjadi lebih efisien dan cepat serta terarah.
Poligami yang dilakukan oleh Rasulullah sesungguhnya sarat dengan catatan-catatan penting. Beliau tidak melakukannya secara bebas dan tanpa pertimbangan. Sangat berbeda dengan praktek poligami oleh kebanyakan orang. Umumnya orang berfikir, yang penting tidak lebih dari empat orang isteri, maka bisa saja ganti-ganti isteri. Talak sana sini. Akad sini sana. Adalah Rasulullah, beliau dilarang nikah lagi, selain yang telah ada disisinya. Walaupun salah satu atau semuanya meninggal dunia. (Baca Q.S: al-Ahzab: 52)
Adapun hukum menikah dalam islam yaitu monogami dan poligami. "Nikahilah wanita-wanita (lain) yang kalian senangi masing-masing dua, tiga, atau empat—kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, kawinilah seorang saja—atau kawinilah budak-budak yang kalian miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat pada tindakan tidak berbuat aniaya. (QS an-Nisa’ [4]: 3)"
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki yang demikian itu adalah lebih dekat tidak berbuat aniaya." (QS.An-Nisaa’:3)
Jadi pernikahan dalam islam itu ada 2
1. Bahwa asas perkawinan dalam Islam itu Monogami.
2. Bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah Poligami
Allah SWT memperbolehkan poligami itu dengan syarat harus adil. Mengenai keadilan ini harus dikaitkan dengan firman Allah SWT dalam Surat An Nisaa' ayat 129 yang artinya:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
Dan jika memang mampu berlaku adil dan terdapat alasan yg kuat untuk poligami maka hal itu adalah solusi bagi keadaan tertentu, misal:
1. Isteri mandul
2. Isteri yang mempunyai penyakit yang dapat menghalangi suaminya untuk memberikan nafkah batin
3. Bila suami mempunyai kemauan seks luar biasa (over dosis), sehingga isterinya haid beberapa hari saja mengkhawatirkan dirinya berbuat serong.
4. Bila suatu daerah yang jumlah perempuannya lebih banyak daripada laki-laki. Sehingga apabila tidak poligami mengakibatkan banyak wanita yang berbuat serong
5. Melindungi seorang perempuan dari fitnah atau gangguan orang lain
Faktanya di lapangan, pernikahan monogami jauh lebih banyak daripada poligami, tapi kenapa justru poligami yg jadi sorotan???
Naif sekali jika Kristen penghujat islam menentangnya karena dalam alkitab mereka, tidak ada satu ayatpun yang mengecam apalagi melarang poligami.
Kitab Ulangan 21:15-16 dan Keluaran 21:10 menjelaskan, beberapa aturan hukum beristri lebih dari satu. Ini adalah bukti bahwa alkitab (Bibel) pun tidak melarang poligami. Alkitab, memberikan aturan tentang poligami, sesuai zaman yang berlaku pada masa itu.
Dalam Alkitab, pelaku poligami pertama kali adalah Lamekh (Kejadian 4:19). Dalam Ulangan 25:5 disebutkan, jika suami meninggal, maka sang istri itu harus dinikahi oleh saudara lelaki sang suami. Perkawinan antara janda dengan ipar ini disebut "Kewajiban Perkawinan Ipar".
Jika saudara Ipar sudah beristri, ia harus memoligami janda iparnya. Jika saudara ipar itu menolak menikahinya dengan alasan tidak suka, ia dihukum oleh tokoh Nasrani dengan cara diludahi mukanya (Ulangan 25:9).
Penulis :
DE AL-HALLAJ
No comments:
Post a Comment